perempuan yang kukenal dari angin

- buat tiaz dan wendra

kubayangkan engkau jadi perempuan
berdiri di tengah hujan
berbaju basah dengan kutang merah muda
menembus katun putih yang menyamarkan
sempurna tubuhmu
: ke mana? – aku berteriak dari seberang
tapi angin selalu membawamu
ke arah yang tidak mudah ditebak

aku mengetuk pintu kamar kos yang terkunci
dari dalam. termangu – berharap jawabmu
tapi jalanan telah begitu sepi
orang-orang enggan bertegur sapa
hanya kecemasan yang selalu menjadi besar
melampaui setiap kesempatan

lalu aku bayangkan engkau
jadi perempuan bersepatu kaca
berdiri di bawah warna lampu hias
pohon natal raksasa
yang dipajang entah siapa di pintu utama
lantai bawah sebuah mall
: di mana? – aku bertanya lagi
dari seberang rak kaset dan kepingan-kepingan video
lagu-lagu bernuansa desember

tapi alangkah gemuruhnya waktu
pertanyaanku tak pernah engkau tangkap

maka aku jelmakan saja engkau
di dalam mimpi-mimpi singkatku
karena selalu aku hanya tertidur menjelang pagi
dan tak punya tempat lagi untuk membayangkanmu
menjadi perempuan di tengah hujan
dengan kutang merah muda menembus katun basah

“peluklah!” – ujarmu pada mimpi itu
“mari!” sambutku di mimpi yang lain
dan demikianlah waktu mengajari kita
menanam cinta
melampaui kepedihan demi kepedihan
yang tercecer di jalanan basah

nanoq da kansas