Pejabat Langka di Indonesia

Prof. Winasa yang Bupati Jembrana itu, dalam berbagai kesempatan selalu berteriak lantang, “Tujuan diadakannya pemerintah itu adalah untuk menyejahterakan rakyat. Kalau tidak ada gunanya, buat apa? Bubarkan saja!”

Bagi kalangan tertentu, ungkapan heroik sekaligus provokatif ini bisa jadi cukup untuk membuat kuping merah. Bahkan selintas, ungkapan tersebut seharusnya tidaklah diucapkan oleh seorang bupati yang notabene adalah aparat pemerintah. Karena ironisnya di negeri ini, yang namanya pemerintah memang seringkali mengundang keluh dan kesah dari warga masyarakatnya. Pemerintah di negeri ini, acapkali justru hanya menjadi cermin atau wacana atas lambatnya proses perbaikan nasib khalayak banyak.

Tetapi begitulah Prof. Winasa yang Bupati Jembrana itu. Jika bicara soal rakyat, soal kehidupan orang banyak, bahkan kadang-kadang dia lupa kalau dirinya adalah seorang bupati, tetapi justru layaknya seorang pejuang pembela rakyat di luar tembok kokoh instansi pemerintahan. “Kalau mau pasti bisa!” demikian slogan lain dari Prof. Winasa untuk pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakatnya. Dan, memang terbukti. Sejak tahun 2001, kabupaten Jembrana kemudian dikenal sebagai satu-satunya dan pertama di Indonesia yang:
1. Membebaskan SPP dari SD, SMP hingga SMA (program SPP Gratis ini kemudian mengilhami lahirnya program BOS secara nasional).
2. Memberikan asuransi kesehatan bagi warga masyarakat Kabupaten Jembrana dengan istilah JKJ (Jaminan Kesehatan Jembrana).
3. Mesubsidi pajak bagi seluruh petani sawah sepanjang petani tersebut tidak menjual sawahnya untuk kepentingan pengalihan fungsi sawah menjadi fungsi yang lain.
4. Memberikan beasiswa bagi seluruh mahasiswa asal Jembrana yang memiliki nilai IP 3,1 ke atas.
5. Memberikan bantuan biaya rawat inap dan biaya operasi 100% bagi warga masyarakat yang memiliki Kartu JKJ Paripurna (biaya untuk mengurus Kartu JKJ Peripurna ini hanya Rp. 60.000/kepala untuk 1 tahun).
6. Berbagai program dan upaya lain yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
7. Sejak tahun 2007 bekerjasama dengan BPPT Pusat membangun jaringan internet yang disebut J-Net, dengan tujuan pada akhirnya nanti seluruh sekolah dan masyarakat di Kabupaten Jembrana bisa mengakses internet secara gratis. (Sekarang J-Net ini sudah bisa dinikmati di setiap kantor pemerintah di Jembrana, Perpustakaan Daerah Jembrana, sebagian SD dan SMP, sebagian besar kantor Desa/Lurah dan Puskesmas).

Sayangnya, orang macam Prof. Winasa itu begitu langkanya di negeri ini. Tanpa bermaksud menjilat, dan terlepas dari sifat baik-buruk seorang anak manusia, wajar diakui bahwa memang sayang sekali negeri ini hanya memiliki satu Winasa. Coba saja seandainya Winasa itu banyak, ada yang menjadi gubernur, menteri, presiden, camat atau kepala desa misalnya, negeri yang kaya raya dengan aset serta potensi alam ini pastilah tidak terlalu lama terpuruk kendati dilindas krisis multidimensi. Asumsi ini menjadi sangat berdasar bila kita dengan jujur dan iklas menengok perkembangan pembangunan secara umum di Kabupaten Jembrana. Setidaknya, dengan PAD yang sangat rendah, dengan potensi pariwisata nol persen, dengan potensi pertambangan yang juga nol persen, dan hanya mengandalkan potensi pertanian yang hingga saat ini masih sebagian besar merupakan pertanian tradisional, Kabupaten Jembrana toh mampu melakukan berbagai terobosan dan inovasi untuk meringankan beban masyarakatnya, sekaligus untuk berani menyongsong hari esok dengan lebih optimis.


Berikut ini adalah pernyataan dari tokoh nasional Jaya Suprana tentang Bupati Winasa:
Saya kerap ditanya mengenai di antara sekian banyak rekor MURI. Rekor yang mana merupakan favorit saya. Pada hakikatnya pertanyaan itu sama muskilnya dengan pertanyaan kepada seorang ayah mengenai di antara sekian banyak anaknya, anak yang mana yang paling disayang. Namun apabila dipaksakan, terpaksa saya menjawab bahwa rekor MURI favorit saya adalah rekor Bupati pertama yang berhasil menyelenggarakan pendidikan gratis bagi segenap warganya.

Bupati sakti-mandraguna tersebut adalah Prof. Dr. drg. I Gde Winasa yang pada awal Abad XXI terpilih oleh Rakyat Kabupaten Jembrana untuk memimpin pembangunan daerah di sisi Barat Pulau Bali tersebut .

Sebenarnya sejak tahun 1945 telah tersirat dan tersurat di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia bahwa setiap warga negara memiliki hak atas pendidikan. Namun baru Bupati Jembrana lah yang secara konsekuen dan konsisten menjunjung tinggi hak para warganya untuk memperoleh pendidikan, secara tanpa beban biaya tentunya.

Prestasi rekor Bupati Jembrana tersebut jelas bukan hanya sekadar superlatif atau spektakular apalagi sensasional belaka, namun memiliki makna yang lebih mendalam dan meluas. Yakni, makna kerakyatan dan kenegaraan demi meraih salah satu cita-cita terluhur bangsa Indonesia: Masyarakat Adil dan Makmur.

Andaikata segenap pejabat-tinggi kepemerintahan tidak hanya sekadar asyik memerintah namun benar-benar mengabdi bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat seperti Prof. Dr. drg. I Gde Winasa sebagai Bupati Jembrana, Bali itu, maka dapat diyakini bahwa Bangsa dan Negara Indonesia akan tampil sebagai yang terbaik di planet bumi ini. Sesuai dengan syair lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki nan menggetar sukma itu: Indonesia sejak dulu kala selalu dipuja-puja bangsa! MERDEKA!

Jaya Suprana
(Budayawan, kolumnis, Pimpinan Pusat Studi Kelirumologi Indonesia dan Museum Record Indonesia).
nanoq da kansas

20 komentar:

Unknown mengatakan...

sayang sekali seorang Winasa hanya sebatas Bupati , justeru Bupati dengan daerah termiskin dan terbelakang dari hiruk pikuk pembangunan. (Jembrana)Tidak terbayangkan andai beliau seorang Presiden / Raja Indonesia, mungkin bangsa lain akan selalu menyanyikan lagu karya Ismail Marzuki tersebut.
Salut...dua jempol sekaligus untuk Prof.Dr.drg.
I Gde Winasa......

Anonim mengatakan...

Bupati macam begini seharusnya didukung oleh masyarakat Jembrana khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya biar bisa sampai ke pemerintah pusat Jakarta dan mentraining para pejabat dengan ungkapan2nya yang heroik dalam mendukunmg rakyat papa. Ayo dukung pak profesor!!

zener_lie mengatakan...

bener jarang bahkan langka banget orang seperti die.

btw nda salah tuh ip diatas 3.1 dapet beasiswa :) jadi bermimpi aku. bisa2x aku terus sekolah hingga jenjang paling tinggi. saat ini ajah walau belum pernah dapet beasiswa ajah masih terus :)

Anonim mengatakan...

itulah bang, salah satu kesalahanku. karena tidak mau jadi pejabat. kalau abang kan tidak mau jadi presiden??
Bagaimanapun pak Winasa telah membuatku jatuh cinta pada politik sebenarnya, dan abang telah membuatku jatuh cinta sama elang.

Anonim mengatakan...

semoga jejak langkah Bapak Professor menginspirasi para pejabat yang lain...

Anonim mengatakan...

kunjungan pertama ke sini, maaf hanya ingin komen dulu,
salam kenal

Anonim mengatakan...

Top markotop... sayang cuma ada satu ya... Seperti yang sampeyan bilang kalo saja di Indonesia ada orang semcam itu banyak, pasti udah makmur dari dulu deh negara ini...

Agung Suryo mengatakan...

wah harusnya bupati yg macam itu di copi paste banyak2 ya om..

ada alamat blognya nggak om?pengen ta link :D

Anonim mengatakan...

buat semua sahabat yang sudah berkomentar:
Terima kasih. Saya menulis dan memposting ini semata-mata ingin berbagi bahwa masih ada optimisme di negeri kita. Sekali lagi, di antara berbagai berita buruk yang disuguhkan berbagai media massa tentang negeri kita sepanjang hari ini, mari kita percaya bahwa masih ada harapan. selalu masih ada harapan untuk yang baik.

balidreamhome mengatakan...

saya pernah berharap bahwa beliau akan menjadi Bali - 1 tetapi harapan tinggal harapan karena aku ditakdirkan untuk menjadi orang yang pandir dan gagap ketika harus berhadapan dengan soal - soal 'matematika politik' secara kasat mata beliau adalah seorang Robin Hood yang bisa membenahi Bali secara keseluruhan serta 'menunjukkan' banyak fakta apa yang sebenarnya Bali bisa lakukan...

Semoga lain kali masih ada kesempatan.

Anonim mengatakan...

Dulu tahun 1957 aku sekolah SR (sekolah rakyat)sd 1962 tidak bayar uang sekolah sepeser pun. Buku bacaan dipinjami, batu lay dan gripnya dikasih. Waktu istirahat dikasih minum susu. O ya jangan salah baju seragam juga dikasih.Setelah tahun 1963 sd 1967 uang sekolah mulai bayar tapi murah,tdk dikasih minum. Namun 1968 sd 1980 bayar sekolah semakin meningkat. Setelah 1981 tambah meningkat lagi lebih-lebih di thn 2000 sampai sekarang biaya sekolah sdh melangit, apalagi diperguruan tinggi boleh dikatakan mencekik leher. Bayangkan aku punya anak tiga orang diperguruan tinggi, membiayai mereka sampai gajiku sebagai PNS ludes. Aku makan ikut isteri.Untung isteriku PNS, kalau tidak apa jadinya. Dan setelah selesai di perguruan tinggi duh sulit lagi cari kerjaan apa lagi jadi PNS, honor aja susah. Terus terang thn 2004 ketika aku di Malaysia ( misi kesenian )aku hampir nekad jadi warga Negara Malaysia.
Jangankan PNS ngelatih menari aja makmur di negara Malaysia ini. Terus terang aku nangis ngilu hidup di Indonesia.Yah karena aku lahir di Indonesia dan aku masih mencintai Indonesia urung jadi warga negara Malaysia. Indonesia ini akan baik bila riwayat Nabi Nuh
bangkit kembali di Indonesia !!!

Anonim mengatakan...

Ironis aku membaca isi posting ini, hilang sudah idialismemu, mana independensimu, mana jiwa jurnalismu.

Ketika dulu masih di jalan, semua orang digonggong, seolah anjing liar ini tak peduli siapa yang lewat. Dan semua orang mengusirmu dari sudut ke sudut lain, sekarang anjing itu sudah jadi anjing peliharaan, anjing rumahan yang menjadi teman bermain.

Bukankah kamu harus netral, gunakan nurani, idialisme …… paling tidak kaca mata mu yang dulu sangat jeli memilah prilaku dunia, bisa menyampaikan dua sisi secara adil. Baik buruk adalah isi yang harus dikabarkan pada khalayak.

Camkan…….
Yang dijabarkan disini hanya sisi +
Pernahkah sisi – di jabarkan
Jangan sampai kawan kawan menilaimu beda!

Yang perlu diingat, kami teman temanmu, memantaumu, melihat, merasakan ……….. jangan pernah sembunyi dari kami. Karna persahabatan tidak pernah sirna,

Kami selalu ada, lihat,nilai
TASOMA

Anonim mengatakan...

pliharaan winasa ya..?????
ha ha ha ah ah aaaaaaa

Anonim mengatakan...

Aku bangga jadi anak jembrana ...
Walau dipendam... mutiara tetap akan bersinar
Walau dirajam... mutiara tetap temaram
Walau ... jembrana tetap jimbar wana
Wana yang tak terjamah di ujung sana

Anonim mengatakan...

kepada yang bernama TASOMA,
bagaimana aku bisa mengenalmu jika engkau bahkan menyembunyikan identitasmu?

menurut perasaanku yang paling dalam, sejauh ini aku belum pernah meninggalkan seorang kawan, sahabat atau kenalan pun.

aku juga merasa aneh jika bicara idealisme. idealisme yang mana? aku tak pernah punya idealisme apa-apa kecuali untuk tetap optimis pada kehidupan, pada apa yang ada hari ini. aku juga sudah mengatakan/menulis dalam postinganku di atas, bahwa "TERLEPAS DARI SIFAT BAIK-BURUK SEORANG MANUSIA"....

jika dikatakan aku hanya mengungkapkan "SISI +" tanpa menulis "SISI -", aduh beribu maaf, aku tidak punya kapasitas apa-apa untuk menilai keburukan orang. dan mataku tidak bisa diarah-arahkan siapapun untuk melihat keburukan orang.

aku punya saran, JIKA INGIN BERSAING DENGAN SIAPAPUN, MAKA HITUNGLAH KEHEBATAN ORANG ITU. JANGAN HANYA MENGHITUNG KEBURUKAN ATAU KELEMAHAN ORANG. kalau hanya menghitung keburukan dan kelemahan orang lain, itu mah gampang banget, tetapi tak membawa faedah apa-apa bagi kekuatan diri sendiri. kalau mencari musuh, maka hitunglah kekuatannya, jangan menghitung kelemahannya. dengan demikian barulah bisa bertarung dengan cerdas.

sampai detik ini pula aku masih tetap di jalanan. aku tak pernah berada di istana ataupun di lingkaran kekuasaan manapun. setiap hari aku masih tetap bersama anak-anak muda yang tak tersalurkan bakat atau kreativitas mereka, aku masih tetap nongkrong di bengkel-bengkel motor, aku masih tetap ngebut di jalanan dengan motor kesayanganku, masih tetap bergaul dengan gembel dan preman di terminal, masih tetap membantu sekemampuanku orang-orang yang butuh beli susu untuk bayinya, butuh biaya kost beberapa mahasiswa miskin yang datang padaku, masih tetap memprotes kebijakan-kebijakan pemerintah (daerah) yang buruk (ini bisa dibaca, bukan hanya sekedar teriak dari jauh). sementara dengan Prof.Winasa yang bupati itu, setiap aku ada kesempatan bertemu aku selalu menyampaikan protes secara langsung tentang dunia pendidikan, tentang dunia pertanian, tentang pembangunan gedung-gedung yang menurutku tidak perlu, tentang kekumuhan lingkungan, tentang apa saja. tetapi hanya itu kemampuanku.

Engkau menulis "Yang perlu diingat, kami teman temanmu, memantaumu, melihat, merasakan ……….. jangan pernah sembunyi dari kami. Karna persahabatan tidak pernah sirna,..." ya, silahkan lihat dan pantaulah aku dengan mata dan hati yang sehat. kalau sempat ayo ikutlah denganku sesekali saja bagaimana memfasilitasi para siswa yang tidak mendapat ruang untuk kreativitas mereka, bagaimana aku harus mencarikan jalan keluar bagi anak-anak muda yang hampir putus asa kekurangan biaya kuliah, kekurangan biaya kost, dan sejenisnya. aku pasti akan dengan senang hati dan berbahagia jika engkau mau ikut membantuku untuk hal-hal seperti ini, bukan hanya memantau dan melihat. ayolah, tampakkan dirimu dan bekerjalah denganku di jalanan! seorang sahabat adalah orang yang tidak sembunyi dengan penuh ketakutan atas perasaan dirinya sendiri!

terakhir, jika engkau bicara soal independensi, aku juga heran, apa yang dimaksud independen dalam benakmu? dan AKU BUKAN ORANG INDEPENDEN. dalam hidupku yang 24 jam sehari, aku terbagi menjadi BURUH/PEKERJA DI SUATU PENERBITAN MEDIA, MENJADI ANGGOTA MASYARAKAT, MENJADI SUAMI, MENJADI AYAH DARI ANAK-ANAKKU. sungguh, AKU TIDAK INDEPENDEN. aku hanya orang biasa yang harus menolong diriku sendiri seperti halnya engkau barangkali. itu saja.

Anonim mengatakan...

Mas Nanoq peliharaan Winasa?
Gak salah tuh...
Semua orang juga tau... Mas Nanoq itu peliharaan orang tuanya (dulu), sekarang peliharaan istrinya hehehehe...

Lha, trus sampean peliharaan siapa? hayoo...
hohohoho....

PESAJI mengatakan...

setuju noq...kayaknya si TASOMA dan ANONIM itu PENEGECUT....ya...jangan-jangan belum bisa baca, ya..mbok baca dulu...!!!! Belum apa-apa sudah antipati dengan segala tindak laku nanoq..
kayaknya mereka itu gerombolan sakit hati...he..he..
mari berbuat sesuatu..jangan hanya cuman bisa jadi MANDOR..pemantau yang gak jelas...ha..ha..

PESAJI TEAM mengatakan...

tidak usah hati-hati noq....atau ragu-ragu sama gerombolan MANDOR-MANDOR sakit hati...kita sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun malang melintang untuk Jembrana...dengan cara kita sendiri...
kami sahabatmu..bukan yg tak menunjukan identitasnya mengaku sahabat, teman, dan...apalah..jenis kepura-puraannya..

habbats mengatakan...

Terima Kasih sudah posting artikel yang bermanfaat. Semoga Sukses dan Silahkan Klik Tautan Dibawah Ini
MaduHabbatussaudaJual Minyak HabbatussaudaMinyak ZaitunProduk HabbatsProduk HerbalObat HerbalHabbatussauda Dosis TinggiHabbats.co.idHabbatsAozora Shop Onlinetoko onlineJual Baju AnakJual Baju BayiJual Baju DewasaJual Sepatu BayiJual Sepatu anak AnakJual Sepatu DewasaJual Perlengkapan BayiJual Perlengkapan Anak AnakJual Perlengkapan DewasaTupperwareTupperware MurahTupperware UpdateTupperware Bandung juaraJual TupperwareKatalog TupperwareJual Online TupperwareTupperware ResepTupperware katalog baruRaja Tupperware BandungCollection TupperwareMadu Anak SuperMadu Anak CerdasJual Madu Anak SuperPusat Jual Madu Anak SuperJual Madu SuperMadu Anak SuperJual Madu AnakToko Madu AnakAgen Madu Anak SuperDistributor Madu Anak Super

situs poker mengatakan...

Mantap gan :)

Agen Bola
Agen Poker
Agen Sbobet
Agen Judi Bola
Bandar Bola
Situs Taruhan Bola
Website Taruhan
Website Taruhan
Agen Bola
Agen Poker
Bandar Bola
Agen Bola

Posting Komentar