Dirgahayu Republik Indonesia! Ini tahun ke 65, kita, seluruh rakyat Indonesia mengumandangkan kalimat suci ini dengan segala antusias dan harapan! Rumah, kantor, pertokoan, jalan raya dan gang-gang sempit berhiaskan segala pernak-pernik bernuansa merah putih. Di tengah alun-alun kota, alun-alun kecamatan dan alun-alun desa, bendera merah putih pun dipancang dengan tiang tinggi menjulang menantang langit. Dan tepat tanggal 17 Agustus pukul 10.00, seluruh televisi dan radio juga mengumandangkan lagu Indonesia Raya disusul pidato Presiden yang dibacakan oleh Presiden sendiri di ibu kota negeri, dan oleh para pemimpin daerah di setiap alun-alun provinsi, kabupaten dan kecamatan.
Pidato adalah selalu berupa sebuah wejangan. Sebuah nasihat dan tentu saja sekaligus sebuah kesempatan untuk menciptakan citra. Maka dalam setiap pidato ulang tahun kemerdekaan, kita, rakyat Indonesia selalu mendengar cerita tentang pencapaian-pencapaian yang sudah diraih dalam pembangunan negeri, tentang prestasi pemerintah yang dinilai oleh pemerintah sendiri.
Dan pidato kemerdekaan juga adalah pemaparan tentang rencana serta cita-cita ke depan bangsa yang uniknya dari tahun nol kemerdekaan hingga hari ini selalu sama. Yakni, kehidupan yang lebih adil dan lebih sejahtera bagi seluruh anak negeri. Sebuah rencana dan cita-cita abadi yang harus kita emban bersama pemerintah.
Sayangnya, sebuah cita-cita dan sebuah rencana di dalam sebuah pidato seringkali menjadi sebuah egosentris. Kendati sekarang bangsa ini konon sudah meninggalkan budaya sentralistik, toh cita-cita dan rencana bersama yang menjadi cita-cita nasional tersebut, dalam implementasinya selalu hanya mencerminkan keinginan dan kemauan penguasa yang sedang memegang mandat dari rakyat itu sendiri. Sementara rakyat yang memberikan mandat, justru malah tertinggal dari cita-cita dan rencana besar tersebut.
Ruwet. Ribet, dan menjelimet memang. Tetapi itulah sebuah negara. Itulah resiko sebuah negara yang telah memproklamirkan kemerdekaannya. Kemerdekaan bukan berarti bebas dari berbagai persoalan. Kemerdekaan justru hanya bebas dari satu persoalan saja, yakni tidak terjajah lagi. Selebihnya adalah persoalan abadi yang menjadi keniscayaan untuk bersama. Miskin, lapar, terbelakang, diskriminasi, marjinalisasi, korupsi, krisis utang, kolusi, nepotisme, adalah sesuatu yang niscaya abadi.
Dalam masalah yang paling kontekstual, di Ulang Tahun ke 65 Kemerdekaan ini, kita, bangsa Indonesia sedang dibuat nelangsa oleh berbagai kejadian buruk dan bencana. Korupsi yang jumlahnya sampai trilyunan, tindak kekerasan oleh oknum dan kalangan tertentu yang semakin melecehkan kewibawaan pemerintah, kenaikan harga sembilan bahan pokok yang tak terkendali akibat kebijakan kenaikan TDL, kemunculan berbagai wabah penyakit yang selalu terlambat dideteksi dan ditangani, pemilihan kepala daerah yang sama sekali tidak mencerminkan demokrasi yang sehat, ledakan tabung dan kompor gas yang merenggut nyawa serta harta benda warga masyarakat, bencana banjir yang semakin sulit diredam, dan masih banyak lagi.
Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Sosiolog sekaligus Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID), Ignas Kleden, bahwa sebuah pemerintah tidak dapat memecahkan semua soal dalam masa pemerintahannya, tetapi harus ada masalah yang dipastikan untuk ditangani, dengan memberi kita prospek penyelesaiannya, tidak hanya secara normatif tetapi juga secara strategis dan operasional. Maka dalam ulang tahun kemerdekaan ini tidaklah juga terlalu berlebihan bila rakyat bertanya, masalah apakah yang sudah dipastikan untuk ditangani secara strategis dan operasional oleh pemerintah negeri yang merdeka ini?
Barangkali pada saat ini rakyat juga tidak butuh jawaban dengan kata-kata diplomatis dalam sebuah pidato, tetapi rakyat barangkali masih akan tetap bersabar menanti datangnya jawaban berupa perubahan kondisi yang secara konkret lebih baik daripada apa yang dirasakan sekarang. Dan bisa jadi juga, pertanyaan ini tidak perlu dijawab oleh perubahan apapun, karena yang penting sekarang kita, bangsa ini telah merdeka, kendati kita merdeka sambil miskin! Dirgahayu Indonesia! Kami semua mencitaimu!
nanoq da kansas
3 komentar:
Meski Indonesia yang katanya merdeka tapi masih belum sepenuhnya, tetapi kita (terutama saya) tetap cinta Indonesia dan ingin memerdekakan Indonesia.
Bang, aku serius mau ikutan di Bali Bicara. Dengan senang hati aku diberi kepercayaan jadi Redaktur Rubrik Remaja. Tekhnisnya gimana?emailku ini ya bang purnama.ayu@gmail.com
saya lihat dijalan lebih banyak bendera saat piala dunia dari pada saat hari Keerdekaan :p
Terima Kasih sudah posting artikel yang bermanfaat. Semoga Sukses dan Silahkan Klik Tautan Dibawah Ini
MaduHabbatussaudaJual Minyak HabbatussaudaMinyak ZaitunProduk HabbatsProduk HerbalObat HerbalHabbatussauda Dosis TinggiHabbats.co.idHabbatsAozora Shop Onlinetoko onlineJual Baju AnakJual Baju BayiJual Baju DewasaJual Sepatu BayiJual Sepatu anak AnakJual Sepatu DewasaJual Perlengkapan BayiJual Perlengkapan Anak AnakJual Perlengkapan DewasaTupperwareTupperware MurahTupperware UpdateTupperware Bandung juaraJual TupperwareKatalog TupperwareJual Online TupperwareTupperware ResepTupperware katalog baruRaja Tupperware BandungCollection TupperwareMadu Anak SuperMadu Anak CerdasJual Madu Anak SuperPusat Jual Madu Anak SuperJual Madu SuperMadu Anak SuperJual Madu AnakToko Madu AnakAgen Madu Anak SuperDistributor Madu Anak Super
Posting Komentar