Bandit (Obituari)

Bandit berdiri di atas tembok kantorku memantau situasi persawahan. (foto: noq)


Cerita ini sudah pernah kuposting setahun lalu di sini. Tetapi entah kenapa hari ini aku kangen sekali dengan dia. Sangat kangen!

MULANYA dia anjing kecil yang kubeli seharga Rp. 50.000 dari seorang siswa SMA dari Desa Perancak, sebuah desa nelayan di bagian selatan kota kami. Karena wajah kecilnya yang polos, sedikit tampak pemalu bahkan penakut, membuat aku kuatir akan masa depannya. Maka dia kuberi nama Bandit. Harapanku, setelah dewasa nanti dia punya karakter garang, gesit dan jagoan. Setidaknya dia menjadi jagoan di antara anjing-anjing yang suka berkeliaran di sekitar kantorku.

Karena dia kuajak tinggal di kantor, (saat itu aku lebih banyak tinggal di kantor daripada di rumah), maka kami harus membeli makanan siap saji untuk sehari-hari. Kami punya restoran paporit yang tak jauh dari kantor dan buka 24 jam. Dan Bandit pun juga menjadi sahabat seisi kantor serta bagian dari kehidupan kantorku.

Berumur tiga bulan, Bandit hilang. Aku dan teman-teman di kantor kelimpungan mencarinya. Tiga hari tak ketemu, akhirnya kami putuskan untuk mengumumkannya di koran lokal dan di sebuah radio FM. Seminggu kemudian, seorang warga kota kami datang ke kantor dan mengaku telah membeli Bandit dari sekelompok anak muda. Salah seorang temanku, De’a Yogantara, segera mengecek ke rumah warga tersebut. Benar, ternyata Bandit ada di sana. Dan aku pun harus menebusnya Rp. 100.000. Bandit dibawa pulang ke kantor dalam keadaan depresi.

Perlu waktu beberapa hari untuk mengembalikan keceriaan Bandit. Beruntung aku di kantor juga punya seekor kucing bernama Miomio. Miomiolah yang membantu memulihkan Bandit dari depresi berat pasca hilang itu. Setelah sembuh dari depresi, Bandit mulai memperlihatkan minatnya pada peternakan. Kebetulan di sekitar kantor kami ada persawahan yang cukup luas yang sekaligus menjadi kawasan menggembalakan sapi bagi para petani, maka Bandit setiap sore membantu para petani itu menggembala. Sementara para induk sapi asyik merumput, Bandit menjaga anak-anak sapi agar tidak berkeliaran ke jalan raya yang ada di ujung selatan persawahan.

Umur enam bulan, Bandit hilang lagi. Tubuhnya yang saat itu sudah terbentuk dan atletis, kekar dan tidak berlemak, membuatku punya pikiran buruk. Aku pikir Bandit hilang karena dicuri para penyuka daging anjing. Aku pikir, Bandit pasti sudah disembelih entah di mana. Pikiran ini membuat aku urung untuk mengumumkannya lagi di media massa. Aku sedih, tetapi memilih tabah dan iklas atas kehilangannya.

Sebelas hari pasca menghilangnya Bandit, pagi-pagi buta aku dikejutkan oleh gedoran keras di pintu kantor. Aku yang saat itu tidur di kantor karena malamnya lembur, kaget, dan mengira ada orang mabuk datang. Dengan mata masih ngantuk dan perasaan sedikit takut, tanpa membuka korden jendela terlebih dulu aku buka pintu. Astaga! Alangkah kagetnya aku, ternyata Bandit telah berdiri di depan pintu dengan nafas terengah-engah dan lidah menjulur. Nampaknya dia habis berlari dari tempat yang cukup jauh. Sejenak kami saling pandang. Lalu dia mengangkat kaki depannya. Aku berjongkok dan segera memeluknya. Kami berpelukan. Dan saat itu aku dapati sepotong rantai di leher Bandit. Rupanya selama ini Bandit telah dirantai orang, tetapi dia berhasil memutusnya untuk pulang!

Kehidupan kami di kantor normal kembali. Teman-teman merayakan kembalinya Bandit dengan berpesta Soto Pak Boneng yang terkenal di kota kami.

Sementara itu, hubungan Bandit dan Miomio kini agak dingin. Bandit terlalu asyik dengan hobi menggembala dan kegemaran barunya yaitu duduk di pinggir jalan raya di depan kantor memperhatikan dari kejauhan Pak Polisi menjaga lalu lintas di perempatan taman depan kantor bupati yang juga tak jauh dari kantor kami. Sedangkan Miomio yang kini juga sudah remaja, mulai terlihat kenes dan “jaga imej”. Miomio kini tidak terlalu suka didekati Bandit. Ini dapat dimengerti, karena kini miomio selalu tampil bersih sementara Bandit selalu berlumpur sepulang dari menggembalakan sapi petani di sawah. Miomio setiap saat memandikan dirinya, sedangkan Bandit paling malas mandi. Bahkan untuk memandikan Bandit, aku harus menjemputnya ke pinggir jalan raya lalu menggendongnya sampai ke kamar mandir. Dan begitu selesai dimandikan dengan sampo khusus, Bandit pun dengan cuek kembali ke sawah, atau ke pinggir jalan raya bergabung dengan anjing-anjing lain yang rata-rata berpenampilan gembel dan urakan. Nampaknya Bandit menjadi ketua geng di situ.

Di suatu sore yang cerah, aku merasa heran dengan kelakuan Bandit. Sehari itu mendadak dia betah di rumah (kantor). Wajahnya tampak murung, kesakitan dan agak bingung. Seharian dia tidur di bawah meja komputer di ruang depan kantor kami. Dan anehnya, setiap melihat lalat melintas, Bandit langsung panik.

Aku curiga. Maka kupaksa dia bangun. Dan alangkah kagetnya aku, ternyata Bandit ereksi dan penisnya berair. Masalah ini rupanya sudah terjadi sejak sebelum sore bahkan mungkin sejak pagi. Aku periksa penisnya, ya benar, ternyata memang ada masalah serius. Aku segera menelepon dokter hewan yang kukenal di kotaku. Karena hari sudah sore, dokter hewan itu tak bisa datang dan berjanji akan memeriksa Bandit keesokan harinya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Dan sepanjang hari hingga malam itu Bandit tak mau makan, tak mau keluar dan tak berdaya. Wajahnya tampak putus asa bercampur malu yang luar biasa. Teman-teman kantor yang mecoba membujuknya, sama sekali tak digubris. Bandit malah masuk ke ruang kerjaku dan bersembunyi di sana sampai keesokan harinya.

Ketika dokter datang keesokan harinya, di kantor sedang banyak tamu. Jadi aku terpaksa menggendong Bandit keluar untuk dirawat. Menurut dokter, penis Bandit kebablasan dari lubang kulitnya. “Dia sudah remaja, mungkin kemarin dia terlalu bernafsu sampai kebablasan,” ujar dokter itu. Aku manggut-manggut dan pasrah atas tindakan apapun yang harus dilakukan oleh dokter itu.

Bandit terpaksa diikat. Lalu aku dan kawanku, Kaplur, memeganginya, sementara dokter berusaha memasukkan penis Bandit ke tempatnya semula dengan beberapa alat, dengan pelicin dari sabun mandi. Bandit meronta dan menjerit. Setelah itu Bandit disuntik dengan antibiotik. Pendek cerita, pengobatan Bandit hari itu berjalan sukses. Hanya para tamu yang duduk di ruang tamu kantor kami sempat terbengong-bengong dengan apa yang kami lakukan itu.

Sembuh dari masalah ereksi, beberapa minggu kemudian Bandit tiba-tiba pincang parah. Persendian paha kanan belakangnya patah. Ada beberapa dugaan. Mungkin Bandit ditendang anak-anak sapi yang jengkel karena dijaganya terus agar tidak berkeliaran, mungkin disrempet kendaraan bermotor di jalan raya, atau mungkin dipukul oleh oknum-oknum penggemar daging anjing yang acapkali berburu anjing dengan tongkat pengait. Entah dugaan mana yang benar, yang jelas untuk penyembuhannya Bandit perlu waktu empat minggu. Proses penyembuhannya sendiri terbilang ganjil, yakni dibiarkan begitu saja. Karena menurut kawanku yang tukang cincin perak, Aan namanya, Bandit akan sembuh sendiri karena dipijat mahluk halus. Dan memang benar demikian.

Bahwa binatang, setidaknya anjing dan kucing, juga punya perasaan dan kesadaran yang sama dengan manusia, aku mempercayai hal ini. Buktinya, Bandit dan Miomio sangat menyukai dan memahami musik. Setiap kami nyetel musik dari komputer maupun minicompo, Bandit dan Miomio ikut asyik menikmatinya dan enggan pergi. Begitu pula bila kami sedang berlatih main musik di kantor, mereka berdua ikut antusias. Dari saat menyiapkan alat-alat sampai latihan selesai, mereka tak beranjak. Bahkan Miomio tanpa malu-malu naik ke pangkuanku saat aku main gitar. Di pangkuanku, kucing betina nan kenes itu tertidur sampai aku dan teman-teman selesai latihan.

Tetapi itulah sebuah kenangan. Kini Bandit telah hilang lagi (setahun lalu). Sampai aku dan teman-teman pindah kantor ke gedung yang baru, Bandit tak pernah pulang. Dan sampai hari ini, apabila aku lewat di depan bekas kantor kami yang lama, aku tetap berharap Bandit muncul untuk kami ajak pulang…


Awal 2008
nanoq da kansas

18 komentar:

TAMAN HALAMAN mengatakan...

sekarang dibali khan lagi warning masalah anjing blie...
"Bandit" pake acara ngilang lagi...

balidreamhome mengatakan...

itulah susahnya kalau punya binatang kesayangan...aku juga pernah kehilangan 2 anjing kesayangan sekaligus karena mereka tidak mau makan kalau bukan aku yang memberikan...

Ingin rasanya punya anjing lagi dan akan kuberi nama 'NONSENSE' tapi istriku tak pernah suka binatang... hhhh

Anonim mengatakan...

Sayang waktu kemarin aku disana Bandit sudah nggak ada ya bang. Aku ada mau beli anjing dari siberia, baguuuuuuuuuuusss banget. Hanya lingkunganku tidak mendukungku..hikhik...
Kebetulan aku suka anjing juga kucing, dan ingin bisa mengakrabkan mereka seperti Gendut, Bagong dan Yossy yang selalu bercengkerama bertiga.

Anonim mengatakan...

he..he..jangan lupa pula si Bandit...ikut andil dalam situasi prarekaman "komposisi seperti angin" kelompok pesaji.

Anonim mengatakan...

Si Bandit minta temen female kali Bang :).

Anonim mengatakan...

mengharukan....

Anonim mengatakan...

Putar Film Dokumenter Bali yang Lain aja boz, disana kan ada si Bandit, heheee... Walau bagaimanapun, ia tetap menjadi bagian dari kita, walau sebatas kenangan....

Anonim mengatakan...

Ngikutin ceritanya, mas Nanoq kayak lagi menceritakan tentang seorang sahabat ya... Memang hewan apapun, kalau bisa kita jadikan teman, setianya bisa lebih dari manusia.. masalahnya pun juga begitu, kadang lebih ruwet dr manusia..

Mentari Yousof mengatakan...

kalo tari sih..mo berprasangka baik aza deh..kali2 aza sibandit dah jatuh cinta dan memeutuskan untuk hidup tenang bersama istrinya disebuah desa yg lebih tenang sambil kerja menggembala sapi setiap pagi - sore, sepulangnya dia disambut dg bandit2 junior...
dan mereka hidup bahagia...sambil sesekali mengenang mas nanoq setiap bulan purnama dan mendongengkannya ke putra -putrinya ttg sebuah persahabatan yang indah antara dia dan manusia2 baik hati khususnya mas nanoq di sebuah perkantoran. setiap selesai bercerita dia selalu menitikkan air mata sambil berdoa dimanapun para sahabatnya itu smoga mereka sehat dan bahagia.

Unknown mengatakan...

duh bli' kerasa bgt emang klo kangen ama binatang kesayangan ya.
aku jg dulu punya anjing,kangen pas dia mati, sedih bgt soalnya udh lama jd temen yg baik
sabar bli' moga2 ketemu lg ya si bandit

Questio mengatakan...

Waktu saya kecil, ibu saya bilang bahwa nanti di 'alam sana', arwah binatang yang mati akan jadi batu perhiasan yang cahayanya warna-warni di dalam surga. Nah, nanti coba deh Abang cari batu perhiasan yang paling bagus warnanya. Kalau ketemu, simpan aja.
Mungkin itu Bandit?

...saya juga mau cari si Jomi dan Totem, kucing-kucing saya.

Anonim mengatakan...

A moving story. Mengingatkanku buku otobiografinya John Grogan: Marley & Me. Aku baca buku itu sampe nangis2 hehehe. Sebagai pecinta anjing, aku turut merasakan kesedihan hilangnya Bandit. Semoga dia bisa kembali, jika toh tidak, semoga dia bertemu orang yang menyayanginya.

Agung Suryo mengatakan...

trenyuh saya om....
kl ga ganti aja bandit dg vespa om(seperti yg saya idam2kan) yg pasti awet mudah dijaga

Anonim mengatakan...

Namanya keren juga Bli...Bandit...

Makasih sudah mampir keblogku Bli...

Anonim mengatakan...

Hi Bli Nanoq, Ken ken kabare?
baik2 saja toh?
minta alamat emailnya yg baru dhunk.. mo kirim2 berita neh..

Rekomendasi Saham mengatakan...

Dear Mr. Sagitarius,
Aku beri award oleh Investasigo, tolong diteruskan ya.. he he..

http://rekomendasi-saham.blogspot.com/2009/03/award-semangat-nge-blog-hadiah.html

Ratu Gumelar mengatakan...

Dimanapun bandit berada, mudah-mudahan dia bahagia...

situs poker mengatakan...

Mantap gan :)

Agen Bola
Agen Poker
Agen Sbobet
Agen Judi Bola
Bandar Bola
Situs Taruhan Bola
Website Taruhan
Website Taruhan
Agen Bola
Agen Poker
Bandar Bola
Agen Bola

Posting Komentar