Ranperda Pendidikan Al Qur'an?

Hari ini, 9 Desember, saya mendapat kunjungan dari seorang kawan blogger. Ketika saya membuka blognya untuk membalas pesan dari beliau yang ada di shoutbox saya, saya tertarik dengan sebuah postingan terbarunya yang berjudul “Ranperda Pendidikan Al Qur’an”. Pada alenia awal postingan tersebut, kawan blogger itu menulis sbb: “Mohon masukan dan tanggapan dari semua pihak karena saat ini DPRD Provinsi Kalimantan Selatan sedang membahas Draft Raperda Pendidikan Al Qur’an di Kal Sel. Latar belakang mengapa raperda ini diajukan sebagai bentuk keprihatinan dan upaya bersama menyelamatkan generasi muda yang sudah semakin jauh dari nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa. Kita saksikan setiap hari dekadensi moral dan hancurnya nilai-nilai kebaikan, dan merajalelanya tindak kejahatan. Celakanya disaat yang sama anak didik kita mulai jauh dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Dari pornografi anak, ekploitasi seksual, handphone porno, pembunuhan dengan mutilasi, tawuran antar pelajar, demo mahasiswa yang anarkis, penyalahgunaan obat, narkoba dan tindak kejahatan lainnya. Inilah sejumlah keprihatinan itu sehingga perlu ada upaya sistmatis untuk membentengi pelajar dan pemuda dengan nilai yang sangat asasi: yaitu pedoman hidup, kitab suci Al Qur’an”… dan seterusnya.

Saya tergelitik ingin memberi tanggapan. Maka di samping tanggapan tersebut saya tulis di postingan beliau, saya post-kan juga di halaman Dusun Senja ini. Di bawah ini adalah tanggapan saya, yang pada beberapa baris di antaranya telah saya koreksi dan tambahi beberapa kalimat.


Selamat pagi Indonesia!
Ranperda Al Qur'an? Saya kira ini sesuatu yang berlebihan dan justru melecehkan agama (Islam). Pendidikan agama (khususnya pelajaran agama) di sekolah, toh selama ini sudah merupakan pelajaran wajib di seluruh sekolah di Indonesia.

Di Indonesia, khusus untuk pembinaan dan siar Islam kepada ummat, kita dapat melihat betapa banyaknya telah dibangun pesantren oleh para ulama. Di setiap desa, kota, dari kecamatan hingga provinsi telah ada pesantren. Juga sudah ada MIN, MTs, MAN hingga perguruan tinggi berbasis Islam. Apakah semua itu masih kurang?

Jika semua itu masih kurang, berarti ada SESUATU YANG SALAH pada bangsa ini. Kita semua tahu, bahwa bangsa ini diatur dan dikelola oleh para orang tua. Belum pernah ada anak-anak muda (generasi muda) yang ikut mengatur negeri ini. Jika kemudian para generasi muda (Islam) moralnya dianggap merosot, negeri ini tidaklah lantas boleh dengan mudah menuduh bahwa pendidikan agama (khususnya Al Qur'an dan Islam) tidak memadai. Yang harus introspeksi adalah para orang tua dan para elit bangsa, baik dari tingkat daerah/lokal hingga tingkat nasiolan/pusat, yang selama ini mengatur dan mengelola negara, mulai dari Ketua RT sampai presiden, mulai dari DPRD di daerah hingga DPR di Pusat. Karena sepak terjang anak-anak dan generasi muda sudah pasti meneladani mereka yang tua-tua, terutama yang elit, yang memegang hegemoni kekuasaan serta kebijakan berperilaku sebagai sebuah bangsa. Apakah selama ini mereka telah memberikan panutan yang baik bagi generasi muda bangsa? Dan lebih dari itu, bukankah para orang tua itu adalah orang-orang yang sudah sangat beragama, orang-orang yang sangat Islam sehingga bahkan merasa kuasa untuk merancang sebuah perda keislaman bagi orang lain (para genarasi muda). Jadi sekali lagi, apakah selama ini mereka telah memberikan panutan atau tauladan yang baik bagi generasi muda bangsa?

Bangsa ini tidak memerlukan perda atau undang-undang lagi untuk menegakkan moral dan agama (apalagi Islam). Sudah terlalu banyak undang-undang dan perda, yang toh tidak pernah mampu membuat bangsa ini menjadi lebih baik, karena yang melanggarnya ternyata lebih banyak justru mereka yang telah memikirkan serta membuatnya.

Yang dibutuhkan bangsa ini sekarang dan ke depan adalah PEMAHAMAN YANG BAIK TENTANG KEMANUSIAAN. Tentang UNIVERSALITAS KEBERSAMAAN SEBAGAI SESAMA MANUSIA DI MUKA BUMI. Yang diperlukan bangsa ini adalah PENDIDIKAN UNTUK BISA SALING MENGHARGAI SATU SAMA LAIN tanpa terkotak-kotak oleh sentimen suku, agama, ras, golongan dan sejenisnya. Jika setiap anak bangsa bisa menghargai orang lain secara manusiawi, niscaya moral bangsa (terutama moral para orang tua - bukan hanya generasi muda) akan menjadi lebih baik.

Jadi dengan tegas saya katakan, pembuatan Ranperda atau Perda untuk pendidikan Al Qur'an, atau pendidikan agama apapun, sungguh tidak dibutuhkan di sini, di negeri yang dibangun dengan landasan KEBHINNEKAAN ini. Dan undang-undang atau peraturan-peraturan politis seperti ini akan berpotensi membuat ketersinggungan antar sesama anak bangsa yang sangat beragam ini. Dan lebih dari itu pula, pembuatan Perda Pendidikan Al Qur’an atau yang sejenisnya, justru melecehkan agama, seolah-olah agama tak berdaya apa-apa sampai harus diatur dan dibuatkan produk politik (perda) oleh manusia, oleh pejabat, yang maaf - belum tentu semuanya patut dipanuti dan diteladani oleh para generasi muda!

Salam!
nanoq da kansas

8 komentar:

tyasjetra mengatakan...

apa ya bakal efektif perda kaya gitu diberlakukan..

setuju sama mas nanoq, yang penting itu justru para orang tua, para elit bangsa introspeksi n ngasih contoh yg baik ke generasi muda..

kalo generasi muda tiap hari dijejelin banyak contoh bejatnya moral para generasi terdahulunya, apa lagi para pejabat negara, mau pake perda perdu perdi apapun gak bakal mempan...

ya to mas..?

Doni Dwi Cahyadi mengatakan...

Bener tu mas, saya setuju.bahwa tak guna sebuah PERDSA jika rupanya hanya sebatas sbg PERDA Tertulis saja.

yang terpenting memang kembali kepada Keluarga. bukan hanya ISLAM. Tapi semua AGAMA. Ketika pendidikan Keluarga yang berlandaskan Nilai-nilai agama kuat, maka generasi muda tidak perlu lagi dikhawatirkan.

tapi kalau menurut saya, untuk lebih memperkuat, menegaskan dan mengarahkan tidak masalah jika dibuatkan peraturannya saja. tapi bukan PERDA ALQURAN...!!!!

PERDA KELUARGA Lebih tepatnya...!!!

Anonim mengatakan...

Suatu masyarakat yg terlalu bnyak aturan/peraturan/undang2 menandakan kesadaran masyarakatnya sgt rendah. Tidak ada cara lain membenahinya melalui pendidikan, makan waktu tentu,tidak instant namun perubahan terjadi.
seperti mas Nanoq bilang ttg tauladan, kembali ingat Ing Ngarsa sung Tulada, Ing Madya mangun Karsa,Tut Wuri Handayani. Sudah sepatutnya kita semua dan para pemimpin memberikan pendidikan melalui tauladan.

Peta hanyalah sebuah petunjuk masalalu, tanpa semangat tanpa tauladan apalah artinya..

Sembah sujud bagi Ibu Pertiwi,
chicha

Amrullah Ibrahim Lubai mengatakan...

Sesungguhnya tak perlu banyak komentar!!!

Kalau anda seorang ekonom jadilah anda pengamat ekonomi yang baik!
Kalau anda seorang Jurnalis jadilah anda pemberi warta yang baik!
Kalau anda seorang religius jadilah anda penyejuk umat yang baik!
Kalau anda seorang blogger jadilah anda pebloger yang baik!

Kalau menulis, pikir dulu dooong!

Urusan pemerintah, ???xxxzzz

Amrullah Ibrahim Lubai mengatakan...

Sudahkah anda renungkan, makna hidup ini???

lelakipantangmenyerah mengatakan...

bli nanoq yg budiman, di ujung kiri atas blog ini tertera kalimat.....
"karena kita sudah sepakat berdemokrasi, maka sesungguhnya kita tak ada masalah dengan perbedaan.."
sejauh bli nanoq memahami tentang perbedaan, pernahkah terpikir oleh bli bahwa ini adalah "cara yg berbeda" dari umat Islam untuk melindungi generasi mudanya???
cara yg berbeda dgn agama yg bli yakini tentunya,
ahh, bli ini gmna si?
katanya tak ada masalah klo qt berbedaaa...?
klo g ada masalah, kq masi dipermasalahin mslah2 internal agama lain,?hehehe
pissss blii...

agen poker mengatakan...

Semua Artikel anda begitu luar biasa dan sangat menginspirasi (y)

Agen Bola
Agen Poker
Agen Sbobet
Agen Judi Bola
Bandar Bola
Situs Taruhan Bola
Website Taruhan
Website Taruhan
Agen Bola
Agen Poker
Bandar Bola

silvimargaret mengatakan...

Selamat Siang, Ijin Post Yahh bossku
Tunggu Apalagi Segera Daftar dan Depositkan Segera Di E D E N P O K E R . X Y Z
- Minimal Deposit 15.000
- Bonus New Member 10.000
- Bonus Next Deposit 5%
- Bonus Rollingan 0,5%
- Bonus Refferal 10% (Seumur Hidup)
REAL PLAYER VS PLAYER !!!

Posting Komentar